" Puisi & Pantun Narkoba"

Posted on Selasa, 08 Juni 2010 | 0 komentar
"Puisi Narkoba"


HIDUP SEKALI

hidup cuma sekali
kenapa kanvas sucinya
harus di warnai hanya dengan tinta hitam
jiwa disuramkan oleh sebutir debu
dan kita memandangnya
menangisinya
dan membunuh keberanian untuk hidup dan menantang kehidupan

hidup cuma sekali
kenapa kita harus mengisinya dengan pengahmbaan terhadap sebuah
pembangkangan
lalu ia memalingkan wajah kita dari sinar matahari
kearah kekelapan malam
yang menakutkan

Miras , narkoba dan perburuan pada kepuasan
lalu jiwa terjatuh pada reruntuhan tulang belulang
jadilah roh kita melayang-layang
mencari lentera atau pijar dikegelapan

hidup cuma sekali
maka ia harus tumbuh bersama bunga-bunga di musim semi
mewangikan zaman
bergerak dinamis dalam perubahan.



MASA MUDA

Masa muda
Api yang menyala
Ia mampu menerangi kegelapan malam gulita.
Tempat di mulainya perjalanan
Mendaki tangga perjuangan
Satu - persatu lalu sampai akhirnya di bukit kemenangan

Masa Muda
Menjadi arena pergulatan citra
Kalah menang berproses dalam didikan waktu
Peluh adalah sahabat
Keletihan adalah obat
Lalu karya menjadi buah yang manis bagi seorang gadis

Masa muda
Menjadi sebuah pedang yang terhunus
Menantang setiap aral
Menakuti kesombongan
Luka menjadi goresan tanda kegagahan

Masa Muda
Himpunan doa dan keyakinan
Akan esok yang indah untuk kau genggam
Jangan biarkan berlalu dengan kenangan
Akan tangisan kematian seorang pemuda
Yang over dosis oleh Narkoba



KENAPA TIDAK UNTUK PRESTASI

Ada inspirasi di otak mu
Ia bisa kau ubah menjadi sebuah lukisan cantik puteri mandalika
Dengan tubuh seksi dan buah dada yang menantang
Atau kenggunan bukit Rinjani
Gerakkan tangannmu menggoresi kanvas, habiskan detak waktu yang terus berkejaran dengan nafasmu . jangan biarkan inspirasi terpenjara dalam kelemahan

Ada kreasi di otak mu
Ia bisa kau gunakan menggubah lagu cinta untuk kau persembahkan bagi teman terdekat dalam hatimu. Atau untuk kau selingkuhi pacar sang teman
Sah saja sebelum ia menjadi pasangan hidupnya

Ada imajinasi di otak mu
Liar dan tak terbendung. Ia adalah cermin kegilaan masa muda
Jangan biarkan ia terkotori mimpi buruk kaum hedonis
Pemuasan hawa nafsu tiada kendali
Pada akhirnya menjadi nyeri tak berkesudahan.

Ada segalanya di otakmu
Kenapa tindak untuk prestasi


"Pantun Narkoba"


Pergi belanja di pagi hari
Pulang ke rumah di waktu senja
Kalau narkoba meracuni diri
Alamat badan akan celaka




Galah besar bingkai figura
Potong buluh pakai belati
Salah besar memakai narkoba
Untung jauh celaka pasti

" Kisah Seseorang Tentang Narkoba"

Posted on Senin, 07 Juni 2010 | 0 komentar
KISAH PERJALANAN SLANK MENINGGALKAN NARKOBA
4 Votes


Keringat bermanik-manik di wajahnya. Tubuhnyamenggigil. Wajahnya yang tirus dan kuyu menyemburatkan rasa sakit yang sangat. Napasnya pun tersengal-sengal. Di puncak rasa sakit yang tak terperikan, anakmuda yang sakaw (ketigahan narkoba), teringat pada Allah. ”Ya, Allah, sembuhkan aku dari rasa sakit ini, bebaskan aku dari jerat narkoba,” hatinya mengerung, memanjatkan doa.

Sekonyong-konyong, ia merasa ada kesejukan, mengaliri jiwanya. Kesejukan itu bagaikan air yang merendam rasa sakit pada jasmaninya.
Bimbim, demikian anakmuda yang sakaw itu, tak dapat melupakan pengalaman tersebut. Pengalaman itu, tak sekadar membekas di bilik hatinya, tetapi memicunya untuk mendekatkan diri pada-Nya sekaligus lebih menghayati agama Islam. Sepotong doa, baginya di puncak kritis, menjadi obat yang mengeluarkannya dari jerat narkoba.
Bimbim, siapa tak mengenal nama itu? Nama itu terpahat di benak para slanker, penggemar grup rock Slank. Bimbim bersama personel Slank, seperti jamaknya bagi sebagaian rocker pada kala itu, memang sempat menjadi budak narkoba. Narkoba bagaikan setan. Awalnya, mengiming-iming kebebasan berekspresi dan kekayaan kreativitas, sehingga mereka menggunakan narkoba untuk eksis di blantika musik Indonesia. ”Dulu dengan menggunakan narkoba memang bisa membantu,” kisah Bimbim.
Tak mengherankan, narkoba menjadi gaya hidup, awak Slank. Tak hanya Bimbim, Kaka dan Irfan pun mengonsumsinya.Maka dengan mata celong, kelakukan tak terkontrol, mereka lebih mirip monster di panggung. Ironisnya, penggemarnya mengelu-elukannya. ”Yang ganjil malahan orang luar yang melihat kita. Kita sih ngerasa benar juga,” kenang Bimbim.
Namun, narkoba itu laiknya setan. Setelah terjerumus kepada narkoba, Bimbim maupun Kaka belakangan merasa daya ”sihir” narkoba, berkurang. Sebaliknya, mereka merasa fisik dan jiwa kian layu, bahkan, mengutip istilah mereka, ”hampir mati.” Merasakan dampak buruknya, awak Slank pun sepakat untuk keluar dari jebakan narkoba. Semula, mereka mencoba mengurangi dosis, dengan harapan kelak dapat berhenti.
Kenyataannya? Hingga lima tahun, mereka tak kunjung berhenti. ”Jadi kalau mau berhenti harus mendadak. Hari ini mau berhenti, ya hari itu juga nggak lagi mau bersentuhan dengan narkoba,” jelas penabuh drum itu. Kaka, sang vokalis, berpendapat demikian. Ia melukiskan, obat dan dokter hanya pembantu, yang utama ialah niat untuk berhenti. Irfan, pemain bass, menambahkan dari semua itu kemauan memohon petunjuk Allah. ”Tanpa berdoa nggak mungkin kita bebas dari narkoba.” Mereka yang tak percaya Allah mustahil keluar dari jerat narkoba.
Tanpa bantuan Allah dan dukungan keluarga, para awak Slank itu meyakini, mustahil dapat sembuh. ”Kita nggak lupa berdoa. Ya berdoa untuk karier kita dan supaya lepas dari narkoba. Alhamdulillah akhirnya dijawab oleh Allah dan kita diberi kesempatan sekali lagi,” kisah Bimbim.
Di sisi lain, menurut Kaka, peran keluarga terutama Bunda (orangtua Bimbim) menyebabkan mereka sembuh. Bunda begitu sabar dan telaten merawat mereka. Menghadapi awak-awak Slank, Bunda memperlakukan mereka, tak ubahnya bayi. Berkat doa mereka sendiri maupun Bunda sekaligus ketawakkalan orangtua tersebut, mereka sembuh dari narkoba, pada 2000.
Kelimanya — Bimbim, Kaka, Ridho, Abdi dan Ifan — kini merasa lebih sehat jasmani maupun rohani dibandingkan dulu. Berhasil keluar dari kungkungan ”setan” tersebut, merupakan pengalaman rohani yang terbesar, bagi awak Slank. ”Kalau dipikir-pikir mustahil kami dapat keluar, tanpa pertolongan Allah.”
Berkat pertolongan-Nya – yang jika Cuma menggunakan logika manusia mustahil mereka mendapatkan hidayah-Nya akibat keburukan perilaku – mereka menyadari betapa Allah maha pengasih. Mereka pun semakin berupaya mendekatkan diri kepada agama. Salah satu bentuknya berdoa sebelum konser. ”Ya bayangin aja, kita sering konser di banyak kota hanya dalam waktu tiga bulan. Kasarnya kalau bukan karena pertolongan Allah, kita pasti nggak akan kuat. Alhamdulillah konser berjalan lancar, ” ujar Bimbim.
Mengaku telah memulai ritual doa sebelum manggung sejak awal, Kaka mengisahkan, dengan semua awak Slank muslim, justru membuat kompak. ”Doanya bismillah dan baca fatihah,” kisah Kaka. Slank pun lebih dewasa, bahkan, kini berupaya menanamkan kesadaran bagi penggemarnya di sela-sela pertunjukan.
Pengalaman berkesan lainnya bagi para rocker ini saat turut memeriahkan Konser Hijriyah yang diselenggarakan Republika pada dua tahun silam. ”Tanpa pikir panjang kami iyakan, ini berkah tersendiri,” kenang Bimbim. Merupakan pengalaman musikal relijius pertama Slank, pada perhelatan keislaman itu, grup rock ini berkolaborasi dengan Hadad Alwi.
Apa yang dipetik dari pengalaman musikal relijius itu? mengandaikan konser itu merupakan bentuk lain ibadah Slank, Kaka mengakui ada nuansa berbeda karena sebelumnya tidak pernah menyanyikan lagu religius. Penjiwaan terhadap lagu inilah yang agak sulit dilakukan dalam tempo singkat. Bila untuk tembang pop rock biasanya hanya butuh waktu satu hari, tetapi menjiwai lagu religius baru bisa dua hari. Itupun setelah banyak bertanya kepada Hadad Alwi dan sejumlah orang yang memahami bahasa Arab.
Keseharian mereka pun kini kian islami terutama karena semua personelnya pemeluk Islam. Ini menciptakan suasana kondusif bagi Slank. Masing-masing menjadi bisa saling memberitahu dan memberi arah. Kadang salah satu dari kelimanya mengingatkan untuk shalat. Kendati kegiatan rutin keagamaan belum dilaksanakan, namun ada momen-momen tertentu yang mereka gunakan untuk berkumpul bersama. Semisal berbuka puasa, sahur dan takbiran bersama.
Bimbim pun kini lebih bening membandingkan masyarakat maju di negara sekuler. Di sana, menurutnya, sebagian penduduknya memang tak percaya Tuhan. Di Indonesia? Kendati hidup modern, masyarakatnya masih mengingat Allah. Bimbim pun berharap, mereka dapat mewujudkan impian di masa datang, yaitu menyelipnya nuansa reliji pada album-album barunya. Namun, Bimbim menegaskan, Islam tak harus identik dengan Arab, begitupun dengan musiknya. ”Bagi Slank, musik Islam dapat dibungkus dengan corak apapun, pop modern misalnya,” ujarnya.
Oleh: Yusuf Assidiq [18 Juli 2003, : WIB]
________________________________________